SEJARAH ILMU
MANTIQ
Makalah:
Disusun untuk
memenuhi tugas matakuliah
Ilmu Mantiq
Oleh:
MUHAMAD ILYAS
NIM:E03214011
Dosen Pengampu:
Dr. Hj.
Muzaiyyanah Mutasim Hasan, MA
PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR
FAKULTAS
USHULUDDIN DAN
FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
SUNAN AMPEL
SURABAYA
2015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
DAFTAR ISI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii
BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . .
. . . 2
B.
Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . 3
C.
Tujuan. . .. . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Ilmu Mantiq . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . .
. . .4
B. Sejarah Pada Masa Islam. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . .7
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . .
.11
B.
Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . 11
DAFTAR PUSTAKA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . .12
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan Rahmat dan Taufiq-Nya
sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul sejarah Ilmu Mantiq. Oleh
karena itu atas penyusunan makalah ini semoga bisa bermanfaat bagi pmebaca dan
penyaji apa lagi bagi penulis semoga bisa mengamalkan dan menerangkan dengan
benar dan baik.
Shalawat serta salam yang telah beliau limpahkan kepada kita yakni
dari baginda kita Nabi Muhammad Saw yang telah menunjukkan jalan dari kegelapan
menuju jalan terang benerang yakni Al-dinu Wa Al-islam. Semoga kita dapat
memperoleh Syafa’at dan ‘Inayahnya di hari akhir kelak dengan
berkat beliau. Semoga kita bisa berbahagia di hari akhir kelak Amin.
Dengan selesainya makalah ini kami sebagai penulis juga masih
tergolong manusia yang banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu
selanjutnya sebagai penguji dan penyaji bila ada kesalahan dan kekurangan mohon
di periksa dengan semaksimal mungkin karena kami siap membenahi dengan baik
untuk kelanjutnnya. Karena kami juga masih tahap pembelajaran yang masih banyak
kekurangan dan kesalahan.
Surabaya, April 2015
i
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sejarah merupakan suatu asal usul semua hal apakah itu hal terindah
menjadi kenangan dan masa suram yang yang menjadi masa lalu. Dengan ini sejarah
lah yang bisa mengungkap asal usul suatu perkara karena, adanya sejarah ini
kita bisa mengetahui bagai mana muncul hal tersebut dan perkembangannya di masa
lalau menuju masa mendatang.
Sejarah Ilmu Mantiq ini bermula dari negara Yunani yang dikarang
para ilmuan-ilmuan hebat di masa itu. Oleh karena itulah negri Yunani mendapat
julukan negri yang terdapat otak-otak cerdas. Ilmu Logika ini menunjukkan
gunanya berfikir manusia untuk yang sesuai pada hal tersebut.
Dengan adanya Ilmu Mantik ini meskipun awwalnya bukan asal
sumbernya dari para Ilmuan Islam tapi Ilmu ini bisa di Manfaat kan untuk
mempelajari ilmu-ilmu yang lain meskipun yang berbasis islami. Oleh karena itu
kalau kita menuntut ilmu janganlah menyepelehkan sebuah ilmu karena ilmu itu
semua pasti ada manfa’atnya.
B.
Rurmusan Masalah
1.
Sejarah perkembangan Ilmu Mantik
2.
Sejarah Ilmu Mantik di Masa Islam
C.
Tujuan
1.
Memahami Sejarah Ilmu Mantik
2.
Memahami sejarah Ilmu Mantik di Masa Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah ilmu mantiq
Kita sebagai manusia, sebenarnya dimasa usia yang lanjut ini kita
mulai berfikir secara sederhana, semasa usia selanjut umur dipermukaan bumi
ini. Pernyataan itu dapat di pahami, karena manusia adalah makhluq yang
dikaruniai Tuhan akal yang itu bisa berfikir sehingga ia berbeda dari
makhluq-makhluq lainnya. Tetapi berkembangnya teknik berfikir logis atau
mantiqi menjadi ilmu dengan disiplin tersendiri terwujud belakangan sebagaimana
halnya perkembangan segala jenis ilmu yang kita kenal sekarang.[1]
Manusia terlahir dalam keadaan bodoh tidak tahu suatu apapun,
kemudian tuhan menciptakan indra untuknya, baik indra penglihat, pendengar
perasa atau indra-indra lain. Dengan indra-indra di atas manusia belum ada
bedanya dengan hewan, akhirnya tuhan menciptakan akal sebagai alat untuk
berfikir, dengan akal inilah ada perbedaan antara menusia dan hewan. Namun di
sana tuhan juga menciptakan kekuatan-kekuatan internal atau eksternal yang
dapat mempengaruhi keberadaan akal tersebut dalam berfikir, sehingga terkadang
bahkan seringkali mereka melakukan kesalahan, karena itu Ilmu Mantiq ada untuk
menanggulaginya dengan meletakkan batas-batas tertentu dalam berfikir, sehingga
manusia menjadi terjaga dari kesalahan tersebut
Duktur Muhammad Rabi’ al-Jauhary, duktur al-Azhar fakultas
Ushuluddin menyebutkan dalam bukunya ”Dhowabitu al-Fikr” bahwa kecendrungan,
pengaruh, kebiasaan, taklid dan kepentingan pribadi seringkali mempengaruhi akal
dalam berfikir Beliau juga menyebutkan dalam buku tersebut bahwa seandainya
manusia hanya dibekali akal saja tanpa adanya pengaruh-pengaruh di atas, maka
Ilmu Mantiq tidak perlu untuk diterapkan.[2]
Ibnu Sina mengatakan bahwa Mantiq adalah alat untuk berfikir yang
dapat mengantarkan kita untuk mengetahui keabsahan Had atau Qiyas Burhany.
Dengan kata lain kalau kita sudah mengetahui penjabaran sesuatu secara sempurna
dengan pelantara Had, maka kita berarti telah mencapai drajat permulaan ilmu.
Dan bila kita mengetahui Qiyas Burhany, berarti kita telah sampai pada puncak
pengetahuan.
Ilmu mantiq ini berasal dari negara Yunani, yaitu negri penduduknya
yang mendapat karunia otak cerdas. Negri Yuanani, terutama seorang tokoh yang
bernama Athena, dialah seorang yang diakui menjadi sumber berbagai ilmu.
Diantara Socrates, Plato, Aristoteles, dan banyak lainya ia adalah tokoh-tokoh
ilmiah yang sudah mencapai kelas super dunia yang tidak ada ilmuan nasional dan
internasional tidak mengenalnya sampai sekarang dan akan datang. Tetapi khusus
logika atau Ilmu Mantiq Aristoteles lah gurunya.
Kecerdasan penduduk Yunani itulah yang barangkali telah
menyebarkan, antara lain, lahirnya kelompok lain shafsatah (semacam debat kusir
yang ingin menang diri sendiri dan maunya
mengalahkan lawan saja) berkembang tapi berpengaruh secara negatif, di Yunani
kelompok ini, ketangkasan debat yang mereka miliki, menghujat dan malah merusak
sisitem sosial, agama dan moral dengan cara mengungkap pernyataan-pernyataan
yang kelihatannya sebagai benar, tetapi membuat penyesatan pemikiran, nilai dan
moral.
Pada saat itu juga Aristoteles (384-322 SM) berusaha mengalahkan
mereka secara ilmiyah dengan pernyataan-pernyataannya logis yang briliyan.
Pernyataan-pernyataan itu ia peroleh melalui diskusi dengan muris-muridnya.
Keberhasilannya menyusun teknik berfikir sistematis dan benar sekaligus
hukum-hukumnya, telah mengangkatnya jadi guru pertama logika didunia sampai
kemasa ini. Julukan itu memang tepat karena tidak orang yang mendahuluinya dalam
upaya menyusun teknik berfikir benar dengan kesimpulan yang benar seperti yang
dihasilkannya itu. Dengan kata lain, keberhasilannya itu murni dari upaya
pemikiran sendiri.
Karya Aristoteles sangat dikagumi pada masanya dan masa sesudahnya
sehingga logika dipelajari di setiap perguruan. Plato (427-347 SM), murid
Aristoteles, hanya menambahnya sedikit. Immanuel Kant (1724-1804 SM), pemikir
terbesar bangsa jerman, menyatakan bahwa logika yang diciptakan Aristoteles itu
tidak bisa ditambahi lagi walau sedikit karena sudah cukup sempurna.
Akan tetapi Konsili Nicae (325 M), dengan alasan yang menurut
mereka masuk akal menyatakan menutup pusat-pusat pelajaran filsafat Grik di
Athena (Yunani), Antiokia dan Roma. Pelajaran logika juga dilarang kecuali
bab-bab tertentu yang dipandang tidak merusak akidah kristani. Hal ini
merupakan pukulan mematikan bagi filsafat Yunani sekaligus logika. Sejak masa
itu sampai hampir seribu tahun lamanya, alam pemikiran di barat menjadi padam
sehingga dikenal dengan Zaman The Dark Ages (zaman gelap).
Pembaruan logika di Barat berikutnya disusul oleh lain-lain penulis
di antaranya adalah Gottfried Wilhem von Leibniz. Ia menganjurkan penggantian
pernyataan-pernyataan dengan simbol-simbol agar lebih umum sifatnya dan lebih
mudah melakukan analisis. Demikian juga Leonard Euler, seorang ahli matematika
dan logika Swiss melakukan pembahasan tentang term-term dengan menggunakan
lingkaran-lingkaran untuk melukiskan hubungan antarterm yang terkenal dengan
sebutan circle-Euler.
John Stuart Mill pada tahun 1843 mempertemukan sistem induksi
dengan sistem deduksi. Setiap pangkal-pikir besar di dalam deduksi memerlukan
induksi dan sebaliknya induksi memerlukan deduksi bagi penyusunan pikiran
mengenai hasil-hasil eksperimen dan penyelidikan. Jadi, kedua-duanya bukan
merupakan bagian-bagian yang saling terpisah, tetapi sebetulnya saling
membantu. Mill sendiri merumuskan metode-metode bagi sistem induksi, terkenal
dengan sebutan Four Methods.
Logika Formal sesudah masa Mill lahirlah sekian banyak buku-buku
baru dan ulasan-ulasan baru tentang logika. Dan sejak pertengahan abad ke-19
mulai lahir satu cabang baru yang disebut dengan Logika-Simbolik. Pelopor
logika simbolik pada dasarnya sudah dimulai oleh Leibniz.
Logika simbolik pertama dikembangkan oleh George Boole dan Augustus
de Morgan. Boole secara sistematik dengan memakai simbol-simbol yang cukup luas
dan metode analisis menurut matematika, dan Augustus De Morgan (1806-1871)
merupakan seorang ahli matematika Inggris memberikan sumbangan besar kepada logika
simbolik dengan pemikirannya tentang relasi dan negasi.
Tokoh logika simbolik yang lain ialah John Venn (1834-1923), ia
berusaha menyempurnakan analisis logik dari Boole dengan merancang diagram
lingkaran-lingkaran yang kini terkenal sebagai diagram Venn (Venn’s diagram)
untuk menggambarkan hubungan-hubungan dan memeriksa sahnya penyimpulan dari
silogisme. Untuk melukiskan hubungan merangkum atau menyisihkan di antara
subjek dan predikat yang masing-masing dianggap sebagai himpunan.
Perkembangan logika simbolik mencapai puncaknya pada awal abad
ke-20 dengan terbitnya 3 jilid karya tulis dua filsuf besar dari Inggris Alfred
North Whitehead dan Bertrand Arthur William Russell berjudul Principia
Mathematica (1910-1913) dengan jumlah 1992 halaman. Karya tulis
Russell-Whitehead Principia Mathematica memberikan dorongan yang besar bagi
pertumbuhan logika simbolik.
Di Indonesia pada mulanya logika tidak pernah menjadi mata
pelajaran pada perguruan-perguruan umum. Pelajaran logika cuma dijumpai pada
pesantren-pesantren Islam dan perguruan-perguruan Islam dengan mempergunakan
buku-buku berbahasa Arab. Pada masa sekarang ini logika di Indonesia sudah
mulai berkembang sesuai perkembangan logika pada umumnya yang mendasarkan pada
perkembangan teori himpunan.
B.
Sejarah Pada Masa Islam
Pada abad ke-7 berkembanglah agama islam di Jazirah Arab dan pada
abad ke-8, agama ini telah dipeluk secara meluas, kebarat sampai perbatasan
Pyrences dan ketimur sampai ke Thian Shan. Pusat-pusat ilmu pada wakitu adalah,
yang paling maju, bahgdad di belahan timur dan Cirdova di belahan barat. Di
zaman kekuasaan khalifah dynasty Abbasiyah, sedemikian banyaknya karya-karya
ilmiyah Yunani dan lain-lainnya diterjemahkan kedalam bahasa Arab, sehingga ada
satu masa dalam sejarah islam yang dijuluki dengan Abad Terjemahan. Logika
karya Aristoteles, juga diterjemahkan dan diberi nama ‘Ilmu al-Mantiq.[3]
Ilmu mantik dengan demikian, dipelajari oleh umat islam sehingga
banyak dai mereka yang menjadi pakar Mantik. Diantara mereka, disamping ahli,
juga menulis buku Ilmu Mantik dan menggambarkannya serta dalam berbagai segi
mengislamisasaikannya melalui
contoh-contoh yang mereka munculkan. Mereka menggunakan Ilmu Mantik, tidak saja
untuk mempertajam dan mempercepat daya pikir dan aplikasi penarikan kesimpulan
yang benar, melainkan juga membantu mengokohkan hujjah-hujjah agamawi, termasuk
wujud Tuhan dan kebaharuan alam semesta.
Diantara ulama dan cendekiawan muslim yang terkenal mendalmi,
menerjemah dan mengarang di bidang Ilmu Mantik adalah ‘Abdullah Ibn
al-Muqaffa’, Ya’qub Ibn Ishaq al-Kindi, Abu Nashr Al-farabi, Ibnu Sina, Abu
Hamid al-Ghazali, Ibn Rusyd al-Qurthuby dan banyak lagi yang lain. Al-Farabi
pada zaman kebangkitan Eropa dari abad kegelapannya, malah dijuluki guru kedua
logika. Tokoh-tokoh imuan lainnya yang sangat terkenal dibidang logika adalah:
Abu Ali al-Haitsam, Abu Abdillah al-Khawarizmi, al-Tibrizi, Ibn Bajah,
Al-Asmawi, al-Samarqandi yang tidak hanya terkenal dibelahan timur tetapi juga
dibelahan barat.
Tokoh logika pada zaman Islam adalah Al-Farabi (873-950 M) yang
terkenal mahir dalam bahasa Grik Tua, menyalin seluruh karya tulis Aristoteles
dalam berbagai bidang ilmu dan karya tulis ahli-ahli pikir Grik lainnya.
Al-Farabi menyalin dan memberi komentar atas tujuh bagian logika dan
menambahkan satu bagian baru sehingga menjadi delapan bagian.
Kemudian menyusullah zaman kemunduran dibidang ilmu mantik karena
dianggap terlalu memuja akal. Diantara ulama-ulama besar islam, seperti
Muhyiddin al-Nawawi, Ibn Shalah, Taqiyyuddin Ibn Taimiyah, saduddin
al-Taftazani malah mengharamkan mempelajari Ilmu Mantik dengan tuduhan akan
menjadi zindiq, ilhad dan kufur. Pengaruh mereka inilah
telah menyebabkan banyak ulama tidak memperkenakan Ilmu Mantik diajarakan
dilembaga-lembaga pendidikan yang mereka asuh.
Namun demikian, beberapa orang ulama besar masih tetap mempertahan
ilmu mantik sebagai suatu ilmu yang harus dipelajari tetapi terbatas pada
maksud pengggunaanya sebagai penunnjang bagi Ilmu Tauhid (theologi) saja. Diantara
mereka adalah Sayid Syarif Ali al-Jurjani, Muhammad al-Duwani, Abdurrahman
al-Akhdari, Muhibullah al-Bishri, al-Hindi, Ahmad al-Malawi, Muhammad al-Subban
dan tentu masih saja ada yang lain.
Eropa, setelah hampi seribu tahun dalam abad gelap, setelah abad ke
13 dan 14 mulai menggali lagi pelajaran logika. Tetapi, mereka tidak dapat
mempelajarinya sepenuhnya karena pengucilan gereja terhadap logika masih
berlaku sangat ketat. Namun demikian, kegairahan akan ilmu di Eropa, pada abad
tersebut, dan terutama setelah melalui perjuangan barat memisahkan gereja
dengan negara , menjadi sangant tinggi. Berbagai ilmu yang tadinya disalin dan
diterjemahkan ilmuwan-ilmuwan muslim kedalam bahasa Arab diterjemakan mereka
kembali kedalam bahasa latin, kemudian kedalam bahasa-bahas Eropa. Dibidang
logika, mereka menggelari al-Farabi guru kedua dan Ibnu Sina guru ketiga.
Buku logika Ibnu Sina diterjemahkan mereka ke dalam bahasa latin di
penghujung abad ke-12. Terjemahan yang lebih lengkap adalah dari karya logika
Ibn Rusyd di awal abad ke14. Terjemahan inilah yang disebarkan di Paris
(Perancis) dan Oxford (Inggris). Setelah itu, logika hidup kembali dengan subur
di Eropa, Amerika dan negara-negara lainnya.
Sejalan dengan itu, seperti telah disinggung di atas, dunia islam
menjadi mundur dibidang ilmu pengetahuan. Namun demikian, diawal kebangkitan
islam (mulai pada penghujung abad ke-19) yang ditandai dengan gerakan
pembaharuan , ilmu-ilmu yang tadinya disingkirkan, temasuk Ilmu Mantik, mulai
dipelajari dan dikembangkan kembali. Gerakan pembaharuan ini dipelopori oleh
Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha dan lain-lain. Pengaruh ini
meluas keseluruh dunia islam, termasuk indonesia.
Di Indonesia pada mulanya logika tidak pernah menjadi mata
pelajaran pada perguruan-perguruan umum. Pelajaran logika cuma dijumpai pada
pesantren-pesantren Islam dan perguruan-perguruan Islam dengan mempergunakan
buku-buku berbahasa Arab. Pada masa sekarang ini logika di Indonesia sudah
mulai berkembang sesuai perkembangan logika pada umumnya yang mendasarkan pada
perkembangan teori himpunan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan.
Ilmu mantik ialah ilmu yang empelajari ilmu
berfikir tang logik. Ilmu ini sudah muncul sejak dulu di negri yunani sampai
negri yunani ini mendapat julukan otak-otak cerdas karena penduduknya banyak
melahirkan took-toko hebat.
Ilmu mantik ini muncul di negri Yunani
sebagai pengarang awwalnya ialah Aristoteles. Aristoteles ini juga banyak
memunculkan karya-karyanya tentang ilmuan salah satunya ialah ilmu mantik. Ia
juga mempunyai banyak murid salah satunya bernama Immanuel Kant ia termasuk
telah menambah materi ilmu mantik yang telah dikarang gurunya ialah Aristoteles
tersebut dan masih banyak took yang lain berpatisipasi dengan ilmu mantik ini.
Semasa
islam ilmu mantik berkembang sejak berkembangannya islam pada abad ke-7. Sejak
itu pula para ilmuan islam juga menerjemah bahasa Yunani diantara karya-karya
Aristoteles yaitu ilmu mantik. Pada masa ini juga melahirkan banyak ilmuan
islam yang menghasilkan karya-karya ilmu mantik.
B.
Saran
Dengan selasainya makalah ini disusun sebagai penulis masih banyak
kesalah dan kekurang didalam penyusunan makalah ini yang berjudul sejarah Ilmu
Mantik. Oleh karena itu sebagai penulis siap menerima kritik dan saran dari
seorang pengujidan penyaji makalh ini.
Untuk selanjutnya mohon diperiksa dengan seksama karena didalam
penyusunan makalah ini kami masih merasa kekurangan yang sangat banyak karena
sumer refrensi yang kami cari hanyalah terbatas dengan kessesuaian standrad
seperti biasanya sekian semoga makalah bisa bermanfaat bagi pembaca dan lebih
lagi sebagai penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Ak,
Baihaqi. Ilmu Mantik. Jakarta: Radar Jaya. 2012.
Muqarrar Fakultas Ushuluddin, al-Tahdzhib ala Tahdzibi al-Mantiq.
Termian pertama. tth
Al-Akhdari,
Abd al-Rahman. Syarh Sullam al-Munawraq. Ibn Nabhan. 1954
Al-Anshari, Syaikh al-Islam Zakariya. Hasyiat ‘ala Matn Isaghuji.
Maimuniyah. 1893 M.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar