METODE DAKWAH
Makalah:
Disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah
Pengantar Ilmu
Dakwah
Oleh:
MUHAMAD ILYAS
NIM:E03214011
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H.
Mashum, M.Ag
PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR
FAKULTAS
USHULUDDIN DAN
FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
SUNAN AMPEL
SURABAYA
2015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
DAFTAR ISI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . .
. . .2
B.
Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . .2
C.
Tujuan. . .. . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode Dakwah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .3
B. Macam-macam Metode Dakwah. . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . 3
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . .
. . .9
DAFTAR PUSTAKA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . .10
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada
Allah yang telah melimpahkan kenikmatan dan kerahmatan-Nya.
Sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul Metode Dakwah. Semoga
dalam penyusunan dalam makalah dapat bermanfaat bagi penyaji dan penulis.
Shalawat serta salam tak terlupakan
semoga senantiasa tetap tercurhkan kepada Nabi Muammad SAW. Karena belilaulah
penunjuk dari jalan kegelapan menuju jalan keterangan dan juga sebagai
penyelamat di dunia dan akhirat ini yakni Addin Al Islam.
Sebagai penulis kami masih dalam
proses pembelajaran jika pada saat penyajian makalah ini jika banyak kekurangan
dan kesalahan mohon perhatiannya dan mohon dimaklumi kemudian bagi penyaji
kami mohon arahan dan bimbingan untuk yang lebih baik.
Surabaya, 20 September 2015
MUHAMMAD ILYAS
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pendakwahan agar penerima materi dapat
menguasai dan memahami materi atau hal yang dimaksud ialah salah satunya dengan
cara mengatur metode dakwah yang baik dan serasi. Sehingga penerima materi
serasa nyaman dan santai.
Metode pendakwahan juga sangat diperlukan
karena jika dalam pendakwahan ini kacau maka penerima materi ini bisa ramai dan
kacau. Maka metode pendakwahan ini seyogyanya dipelajari dengan baik.
Dalam metode dakwah ini penting karena dalam
pendakwahan sang da’i harus mempunyai sikap berwibawa. Sikap berwibawa tersebut
dapat dilihat dari segi mana sang da’i
menjalankan metode dakwah tersebut.
B. Rumusan Masalah
1.
Pengertian Metode dakwah
2.
Macam-macam Metode Dakwah
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Metode Dakwah
2. Mengetahui Macam-macam Metode Dakwah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode Dakwah
Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata
yaitu “meta” (melalui) dan “hados” (jalan, cara)[1].
Dengan demikian, kita dapat artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang
harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Secara etimologi, istilah metode
dari bahasa Yunani berarti “metodos” yang berarti jalan dalam bahasa Arab
disebut thariq[2].
Metode berarti cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran
untuk mencapai suatu maksud.
B. Macam-macam Metode dakwah
1. Metode bi al-Hikmah
Kata “hikmah” dalam al-qur’an disebutkan
sebanyak 20 kali baik dalam bentuk nakiroh dan ma’rifat. Bentuk masdarnya
adalah “hukuman” yang diartikan secara makna aslinya ialah mencegah. Jika
dikaitkan dengan hukum berarti mencegah dari kezaliman, dan jika dikaitkan
dengan dakwah maka berarti menghindari hal-hal yang kurang releven dalam
melaksanakan tugas dakwah.
Al-H{ikmah juga berarti tali kekang pada binatang,
seperti istilah hikmatul lijam, karena lijam (cambuk atau kekang
kuda) itu digunakan untuk mencegah tindakan hewan. Diartikan demikian karena
tali kekang itu membuat penunggang kudanya dapat mengendalikan kudanya sehingga
si penunggang kuda dapat mengaturnya baik untuk perintah lari atau berhenti.
Dari kiasan ini maka orang yang memiliki hikmah berarti orang yang mempunyai kendali
diri Yang dapat mencegah diri dari hal-hal yang kurang bernilai atau
menurut Ahmad bin Munir al-Muqri’ ak-Fayumi berarti dapat mencegah dari
perbutan hina.[3]
Hikmah dalam berdakwah ini sangat penting
karena hikmah ialah sebagai bekal da’i untuk menuju sukses. Karunia Allah SWT yang diberikan kepada orang yang
mendapatkan hikmah insya Allah juga akan berimbas kepada para mad’u-nya,
sehingga mereka termotivasi untuk mengubah diri dan mengamalkan apa yang
disampaikan da’i kepada mereka. Tidak semua orang mampu meraih hikmah, sebab
Allah SWT, hanya memberikan untuk orang yang
layak mendapatkannya. Barang siapa mendapatkannya, maka dia telah memperoleh
karunia besar dari Allah. Allah Swt berfirman:
يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُؤْتَ
الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلا أُولُو
الألْبَابِ (٢٦٩)
Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan
As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi
hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya
orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).[4]
2. Metode Al-Mau’id}ah Al-H{asanah
Secara bahasa, mau’izhah hasanah terdiri
dari dua kata yaitu mau’izah dan hasanah. Kata mau’izah
berasal dari wa’adza-yai’idzu-wa’dzan-’idzatan yang berarti nasihat, bimbingan,
pendidikan dan peringatan[5],
sedangkan hasanah merupakan kebalikan fansayyi’ah yang artinya kebaikan
lawannya kejelekan.
Mau’idzah hasanah ini termasuk populer dalam
persepektif dakwah biasanya diadakan seperti pada acara Maulid Nabi dan isra’
Mi’raj dan acara seremonial lainnya. Mau’id}ah
h}asanah ini biasanya mendapat porsi khusus dengan sebutan ácara-acara yang di tunggu-tunggu
yang biasanya diletakkan pada akhir acara dan juga merupakan acara inti dan
biasanya menjadi salah satu target keberhasilan sebuah acara.[6]
Menurut Abdul Hamid al-Bilali Mauizha Hasanah
merupakan salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk mengajak kejalan
Allah dengan memberikan nasihat atau bimbingan dengan lemah lembut agar mereka
mau berbuat baik.
Menurut Imam Abdullah bin Ahmad an-Nasafi yang
dikutip oleh H. Hasanuddin adalah perkataan-perkataan yang tersembunyi bagi
mereka, bahwa engkau memberikan nasihat dan menghendaki manfaat kepada mereka
atau dengan Al-qur’an.
Mau’id{ah h}asanah dapatlah diartikan sebagai ungkapan yang mengandung
unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira,
peringatan, pesan-pesan positif (wasiyat) yang bisa dijadikan pedoman dalam
kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia akhirat.
Dari beberapa
definisi di atas, mau’id{ah h}asanah tersebut bisa diklasifikasikan dalam beberapa bentuk:
a. Nasihat atau petuah
b. Bimbingan, pengajaran (pendidikan)
c. Kisah-kisah
d. Kabar gembira dan peringatan (al-Bashir
dan al-Nadhir)
e. Wasiat (pesan-pesan positif)
Kata-kata diatas harus dapat didengar,
diturut, diperhatikan orang yang didakwahi karena kata mau’id}ah ini harus mengandung arti yang bisa masuk ke hati
seseorang dengan penuh kasih sayang dan
ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan, tidak membongkar atau membeberkan
kesalahan orang lain sebab kelembutan dan menasihati sering kali dapat
meluluhkan hati yang keras dan menjinakkan hati yang liar, ia mudah melahirkan
kebaikan dari pada larangan dan ancaman.
3.
Metode Al-Mujadalah
Kata Mujadalah terambil dari kata “jadala”
yang bermakna memintal atau melilit. Apabila ditambahkan Alif pada huruf Jim
yang mengikuti wazan faa ala, “jaa dala” dapat bermakna berdebat, dan
“mujadalah” perdebatan. Kata jadala juga dapat bermakna menarik tali dan
mengikatnya guna menguatkan sesuatu. Orang yang berdebat bagaikan menarik
dengan ucapan untuk meyakinkan lawannya dengan menguatkan pendapatnya melalui
argumentasi yang disampaikan.
Dari segi istilah (terminologi) terdapat
beberapa pengertian al-Mujadalah (al-Hiwar). Al-Mujadalah (al-Hiwar) berarti
upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa
adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan diantara keduanya.
Debat sebagai metode dakwah pada dasarnya mencari kemenangan, dalam arti menunjukkan
kebenaran dan kehebatan islam. Dengan kata lain debat adalah mempertahankan
pendapat dan ideologinya agar pendapat dan ideologinya itu diikuti kebenaran
dan kehebatannya oleh musuh (orang lain).
Dari pengertian di atas dapatalah diambil
kesimpulan bahwa al-Mujadalah merupakan tular menukar pendapat yang dilakukan
oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan
agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan
bukti yang kuat. Antara satu dengan yang lainnya saling menghargai dan
menghormati pendapat keduanya berpegang kepada kebenaran, mengakui kebenaran
pihak lain dan ikhlas menerima hukuman kebenaran tersebut.
4. Metode Ceramah (Rethorika dakwah).
Ceramah adalah suatu teknik atau metode dakwah
yang banyak di warnai oleh ciri karakteristik bicara oleh seorang da’i
pada suatu aktivitas dakwah. Ceramah dapat pula bersifat propaganda, kampanye,
berpidato retorika, khutbah, sambutan, mengajar dan sebagainya.[7]
Istilah ceramah di zaman mutakhir ini sedang
ramai-ramainya dipergunakan instansi pemerintah ataupun swasta, organisasi (jam’iyah),
baik melalui televisi, radio maupun ceramah secara langsung. Pada sebagian
orang yang menamakan ceramah/pidato ini dengan sebutan retorika dakwah,
sehingga ada retorika dakwah, retorika sambutan, peresmian dan sebagainya.
Metode ceramah sebagai salah satu metode atau
tehnik berdakwah tidak jarang digunakan oleh da’i-da’i atau pun para
utusan Allah dalam usaha menyampaikan risalahnya. Hal ini terbukti dalam ayat
suci al-qur’an bahwa Musa as bila hendak menyampaikan missi dakwahnya beliau
ber do’a:
قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِي
صَدْرِي (٢٥)وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي (٢٦)وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي
(٢٧)يَفْقَهُوا قَوْلِي (٢٨)
25. berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku
dadaku
26. dan mudahkanlah untukku urusanku,
27. dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku,
28. supaya mereka mengerti perkataanku,
5. Metode Demontrasi
Berdakwah dengan cara memperlihatkan suatu
contoh yang baik, baik berupa benda, peristiwa, perbuatan dan sebagai dapat
dinamakan bahwa seseorang da’i yang bersangkutan menggunakan metode demontrasi.
Artinya suatu metode dakwah, dimana seorang da’i memperlihatkan sesuatu
terhadap sasarannya (massa), dalam rangka mencapai tujuan dakwah yang ia
inginkan.[8]
Metode demontrasi tidak juga dilakukan dengan
sorak-sorak seperti memberontak, merusak barang, mengacaukan dan lain
sebagainya, tapi demontrasi ini bisa dilakukan penyajian dakwah dengan
keteladanan langsung sehingga mad’u akan tertarik dan mengikuti apa yang akan
dicontohkannya.
Metode
Demonstrasi digunakan sang da’i bila dia bertujuan untuk menghindari
verbalisme, artinya dengan demonstrasi diharapkan masa tidak terjadi kesalah
pahaman atau menjadi bingung dan memudahkan berbagai penjelasan Untuk lebih
menarik perhatian masa. Metode demontrasi dipergunakan apabila tujuan dakwah
mengharapkan para obyeknya (massa) dapat mengerjakan atau mengamalkan sesuatu
pekerjaan (amalan ibadah atau muamalah) dengan betul, mengerti sesuatu atas
contoh-contoh, atau pun peistiwa-peristiwa yang bermanfaat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode hikam ini adalah akar dari suatu dakwah
karena hikmah adalah satu perkekangan pada diri manusia. Karena tidak semua
orang mendapatkanny. Maka oleh karena itu sang da’i harus memiliki
hikamah tersebut.
Metode mau’id}ah hasanah ini proses dalam pendakwahan. Mau’idzah ini
biasanya berisi tentang petunjuk ke jalan Allah SWT. Biasanya menceritakan
tentang kisah-kisah umat terdahulu, peringatan, berita gembira dan lain
sebagainya.
Metode mujadalah merupakan langkah
selesai pendakwahan yang dilakukan dengan perdebatan dengan bertujuan
berdiskusi, bertukar fikiran, menghindari kesalahan yang bertujuan menemukan
kebenaran atau hujjah dan lain sebagainya.
Metode ceramah biasanaya dilaksanakan ketika
khutbah, sambutan sebuah acara, pembicaraan pemerintah kepada bawahan, metode
demontrasi ini bertujuan sampainya dakwah yang diinginkan dengan jelas,
menghindari kesalah pahaman, mengandung keteladanan. Metode ini dipakai sang
da’i agar dakwahnya dapat sukses dan berjalan dengan baik.
B. Saran
Sebagai penulis makalah ini merasa banyak
kekurangan dan kesalahan, di mohon bagi pembaca dan penyaji dapat menghargai
dengan baik. Selanjutnya bagi penyaji kami butuh pembibingan dan arahan bila
ada kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Hasanuddin, Hukum Dakwah. Pedoman Ilmu
Jaya. Jakarta: 1996
Wahidin saputra, Pengantar Dakwah. Putra
utama offset. Jakarta: 2012
Asyumni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Al-ikhlas.
Surabaya: 1983
M. Arifin, Ilmu PendidikanIislam, Bumi
Aksara, Jakarta:1991
Ibn Mandzur, Lisan al-Arab. Dar Fikr. Beirut:1990
Tidak ada komentar:
Posting Komentar