Sabtu, 08 April 2017

Macam-Macam Israilyat



Nama: Nayla Ithriyah       (E03214014)
            Muhammad Ilyas  (E03214011)
Macam-macam israilyat
Kisah israiliyat di bagi menjadi tiga macam[1]
1.    Yang di benarkan oleh islam, maka hal tersebut adalah haq
Seperti Imam Bukhari dan yang lainnya meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud Ra, dia mengataka: Datang salah seorang pendeta yahudi kepada Rasulullah Saw, dia berkata: Wahai Muhammad sesungguhnya kami  menjumpai dalam kitab suci kami bahwa Allah Swt akan meletakkan semua langit diatas satu jari, semua bumi di atas satu jari, pohon-pohon diatas satu jari, air diatas satu jari, tanah di atas satu jari seluruh mkhluq di atas satu jari, maka Allah berfirman “akulah raja “ mendengar hal tersebut, tertawalah Nabi Muhammad Saw sehingga nampak gigi graham beliau karena membenarkan ucapan pendeta yahudi itu. Kemudian beliau membaca firman Allah Swt:
وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالأرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّماوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ (٦٧)
67. dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya Padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya[1316]. Maha suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. (Qs. Az-Zumr (39):67)
[1316] Ayat ini menggambarkan kebesaran dan kekuasaan Allah dan hanya Dialah yang berkuasa pada hari kiamat.
2. kisah yang di ingkari oleh islam dan dipersaksikan bahwa kisah tersebut adalah dusta, maka ini adalah batil
Contohnya: Imam Bukhari meriwayatkan dari Jabir Ra bahwa ia berkata dahulu orang yahudi apabila mendatangi istrinya dari belakang berkata anaknya nanti bermata juling, maka turunlah firman Allah Swt:
نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّى شِئْتُمْ وَقَدِّمُوا لأنْفُسِكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ مُلاقُوهُ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ (٢٢٣)
223. isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman. (QS. Al-Baqarah(2):223)
3. Kisah yang islam tidak membenarkan tidak pula membenarkanya tidak pula mengingkarinya, maka wajib kita mendiamkannya. Berdasrkan hadits yang telah di riwayatkan oleh al-Bukhari dari Abu Hurairah Ra bahwa berkata: dahulu ahlul kitab membaca taurat dengan bahsa ibrani dan mereka menafsirkannya untuk orang-orang islam dengan bahasa arab, maka Rasulullah Saw bersabda: Jangan kalian benarkan Ahlul Kitab dan jangan kalian dustakan mereka namun katakanlah:
اَمَنَّا بِااللهِ وَمَا اُنزِلَ اِلَيْنَا وَمَا اُنْزِلَ اِلَيْكُمْ
“Kami beriman kepada Allah Swt dan pada apa yang telah di turunkan ke pada kami dan pada apa yang telah diturunkan pada kalian”
Bercerita dengan kabar seperti ini boleh apabila tidak di takutkan menyebabkan terjatuhnya seseorang ke dalam larangan, karena Nabi Muhammad Saw bersabda “ Sampaikanlah dariku walaupun dan tidak mengapa kalaian menceritakan tentang bani israil. Barangsiapa sengaja berdusta atas namaku maka hendaklah dia menyiapkan tempat duduknya di neraka (HR. Al-Bukhari).
Kebanyakan berita israiliyat ini yang diriwayatkan Ahlul Kitab dalam hal ini tidak mempunyai manfaat untuk urusan agama, seperti penentuan warna anjing Ashhabul Kahfi dan yang lainnya.
Sikap terhadap Israiliyyat
Para ulama tidak dapat menetapkan secara mutlak tentang bagaimana sikap seharusnya terhadap kisah-kisah israiliyyat. Hal ini disebabkan karena terdapat dalil yang memperbolehkan untuk mengambil informasi dari kalangan Ahli Kitab[2], yakni:
بلغوا عني ولو اية, وحدثوا عن بني اسرائيل ولا حرج و من كذب على متعمدا فليتبوأ مقعده من النار
Sampaikanlah dariku walau satu ayat, dan ambillah riwayat dari bani Israil, tanpa halangan, dan barang siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka bersiap-siaplah untuk mengambil tempatnya di neraka. (HR. Bukhari)

Oleh karena itu, para ulama menyimpulkan, bahwa mengambil riwayat dari Ahli kitab tidaklah mutlak, namun hanya terikat pada riwayat yang baik dan cerita yang tidak jelas statusnya tetapi tidak ada indikasi tentang kebathilannya. Ibn Katsir menyatakan bahwa meskipun sebagian ulama salaf mereperbolehkan meriwayatkan israilyyat tanpa mengamalkannya. Namun menurutnya, riwayat israiliyyat tetap tidak ada gunanya dan jarang bermanfaat dalam masalah agama, kalaupun bermanfaat dan berguna hal itu tidak terlalu signifikan dalam penafsiran. 
Keberadaan israiliyyat yang dinyatakan tidak memberi manfaat bagi agama ini, dikomentari oleh Yusuf Al-Qardhawi bahwa mengutip israiliyyat dalam tafsir sama halnya memenuhi berlembar-lembar halaman yang tidak menghasilkan ilmu dan yidak dapat dijadikan petunjuk dan keterangan.[3]
Menurut as-Suyuthi dalam kitab tafsirnya Tafsir Ad-Dur Al-Mansur, beliau berpendapat jika israiliyyat dapat merusak akidah kaum muslimin karena mengandung unsur penyerupaan kepada Allah. Israiliyyat menurutnya juga akan memberi nilai negatif pada agama Islam karena memberikan gambaran yang tidak memiliki sumber konkritnya.[4]
Namun, karena israiliyyat telah tersebar di sebagian kitab-kitab tafsir, maka diperlukan kejelian dalam menerima berita-berita yang bernuansa israiliyyat, yaitu dengan mengikuti kaidah-kaidah dalam periwayatan israiliyyat, yakni dengan melakukan penelitian terhadap rawi-rawi sanadnya dan melakukan pengamatan terhadap matan atau kandungan riwayat tersebut.[5]

     


[1] Muhammad Zainal Arifin, “Israiliyyat Dalam Tafsir Al-Dur Al- Mantsur, karya al-Suyuthy” (Skripsi—IAIN Sunan Ampel Surabaya,2005),62-63
[2]Siti Hajar, “Israiliyyat Dalam Tafsir” dalam   www.scribd.com/diakses 12 Oktober 2016.
[3]Ibid.,
[4]Muhammad Zainal Arifin, “Israiliyyat Dalam Tafsir Al-Dur Al- Mantsur, karya al-Suyuthy” (Skripsi—IAIN Sunan Ampel Surabaya,2005),62-63.
[5]Siti Hajar, “Israiliyyat dalam…”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar