Nama: Nayla Ithriyah
(E03214014)
Muhammad Ilyas (E03214011)
Macam-macam israilyat
Kisah israiliyat di bagi menjadi tiga macam[1]
1. Yang di benarkan oleh islam, maka hal tersebut adalah haq
Seperti Imam Bukhari dan yang lainnya meriwayatkan dari
Ibnu Mas’ud Ra, dia mengataka: Datang salah seorang pendeta yahudi kepada
Rasulullah Saw, dia berkata: Wahai Muhammad sesungguhnya kami menjumpai dalam kitab suci kami bahwa Allah
Swt akan meletakkan semua langit diatas satu jari, semua bumi di atas satu
jari, pohon-pohon diatas satu jari, air diatas satu jari, tanah di atas satu
jari seluruh mkhluq di atas satu jari, maka Allah berfirman “akulah raja “
mendengar hal tersebut, tertawalah Nabi Muhammad Saw sehingga nampak gigi
graham beliau karena membenarkan ucapan pendeta yahudi itu. Kemudian beliau
membaca firman Allah Swt:
وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ
قَدْرِهِ وَالأرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّماوَاتُ
مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ (٦٧)
67. dan mereka tidak mengagungkan
Allah dengan pengagungan yang semestinya Padahal bumi seluruhnya dalam
genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan
kanan-Nya[1316]. Maha suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.
(Qs. Az-Zumr (39):67)
[1316] Ayat ini menggambarkan kebesaran dan kekuasaan
Allah dan hanya Dialah yang berkuasa pada hari kiamat.
2. kisah yang di ingkari oleh islam dan dipersaksikan
bahwa kisah tersebut adalah dusta, maka ini adalah batil
Contohnya: Imam Bukhari meriwayatkan dari Jabir Ra bahwa
ia berkata dahulu orang yahudi apabila mendatangi istrinya dari belakang
berkata anaknya nanti bermata juling, maka turunlah firman Allah Swt:
نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَكُمْ
فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّى شِئْتُمْ وَقَدِّمُوا لأنْفُسِكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ
وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ مُلاقُوهُ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ (٢٢٣)
223. isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu
bercocok tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana
saja kamu kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan
bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan
berilah kabar gembira orang-orang yang beriman. (QS. Al-Baqarah(2):223)
3. Kisah yang islam tidak membenarkan tidak pula
membenarkanya tidak pula mengingkarinya, maka wajib kita mendiamkannya.
Berdasrkan hadits yang telah di riwayatkan oleh al-Bukhari dari Abu Hurairah Ra
bahwa berkata: dahulu ahlul kitab membaca taurat dengan bahsa ibrani dan mereka
menafsirkannya untuk orang-orang islam dengan bahasa arab, maka Rasulullah Saw
bersabda: Jangan kalian benarkan Ahlul Kitab dan jangan kalian dustakan mereka
namun katakanlah:
اَمَنَّا بِااللهِ وَمَا اُنزِلَ
اِلَيْنَا وَمَا اُنْزِلَ اِلَيْكُمْ
“Kami
beriman kepada Allah Swt dan pada apa yang telah di turunkan ke pada kami dan
pada apa yang telah diturunkan pada kalian”
Bercerita dengan kabar
seperti ini boleh apabila tidak di takutkan menyebabkan terjatuhnya seseorang
ke dalam larangan, karena Nabi Muhammad Saw bersabda “ Sampaikanlah dariku
walaupun dan tidak mengapa kalaian menceritakan tentang bani israil.
Barangsiapa sengaja berdusta atas namaku maka hendaklah dia menyiapkan tempat
duduknya di neraka (HR. Al-Bukhari).
Kebanyakan berita
israiliyat ini yang diriwayatkan Ahlul Kitab dalam hal ini tidak mempunyai
manfaat untuk urusan agama, seperti penentuan warna anjing Ashhabul Kahfi dan
yang lainnya.
Sikap terhadap
Israiliyyat
Para ulama tidak dapat
menetapkan secara mutlak tentang bagaimana sikap seharusnya terhadap
kisah-kisah israiliyyat. Hal ini disebabkan karena terdapat dalil yang
memperbolehkan untuk mengambil informasi dari kalangan Ahli Kitab[2],
yakni:
بلغوا عني ولو اية, وحدثوا عن بني اسرائيل ولا حرج و من
كذب على متعمدا فليتبوأ مقعده من النار
Sampaikanlah dariku
walau satu ayat, dan ambillah riwayat dari bani Israil, tanpa halangan, dan
barang siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka bersiap-siaplah
untuk mengambil tempatnya di neraka. (HR. Bukhari)
Oleh karena itu, para
ulama menyimpulkan, bahwa mengambil riwayat dari Ahli kitab tidaklah mutlak,
namun hanya terikat pada riwayat yang baik dan cerita yang tidak jelas
statusnya tetapi tidak ada indikasi tentang kebathilannya. Ibn Katsir
menyatakan bahwa meskipun sebagian ulama salaf mereperbolehkan meriwayatkan
israilyyat tanpa mengamalkannya. Namun menurutnya, riwayat israiliyyat tetap
tidak ada gunanya dan jarang bermanfaat dalam masalah agama, kalaupun bermanfaat
dan berguna hal itu tidak terlalu signifikan dalam penafsiran.
Keberadaan israiliyyat
yang dinyatakan tidak memberi manfaat bagi agama ini, dikomentari oleh Yusuf
Al-Qardhawi bahwa mengutip israiliyyat dalam tafsir sama halnya memenuhi
berlembar-lembar halaman yang tidak menghasilkan ilmu dan yidak dapat dijadikan
petunjuk dan keterangan.[3]
Menurut as-Suyuthi dalam kitab tafsirnya Tafsir Ad-Dur
Al-Mansur, beliau berpendapat jika israiliyyat dapat merusak akidah kaum
muslimin karena mengandung unsur penyerupaan kepada Allah. Israiliyyat
menurutnya juga akan memberi nilai negatif pada agama Islam karena memberikan
gambaran yang tidak memiliki sumber konkritnya.[4]
Namun, karena israiliyyat telah tersebar di sebagian
kitab-kitab tafsir, maka diperlukan kejelian dalam menerima berita-berita yang
bernuansa israiliyyat, yaitu dengan mengikuti kaidah-kaidah dalam periwayatan
israiliyyat, yakni dengan melakukan penelitian terhadap rawi-rawi sanadnya dan
melakukan pengamatan terhadap matan atau kandungan riwayat tersebut.[5]
[1] Muhammad Zainal
Arifin, “Israiliyyat Dalam Tafsir Al-Dur Al- Mantsur, karya al-Suyuthy”
(Skripsi—IAIN Sunan Ampel Surabaya,2005),62-63
[3]Ibid.,
[4]Muhammad Zainal Arifin,
“Israiliyyat Dalam Tafsir Al-Dur Al- Mantsur, karya al-Suyuthy” (Skripsi—IAIN
Sunan Ampel Surabaya,2005),62-63.
[5]Siti Hajar,
“Israiliyyat dalam…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar