TAUBAT NASUHA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Tafsir Maudhu’i
Oleh:
MUHAMAD
ILYAS
(E03214011)
Dosen Pengampu:
Mahbub Ghozali, M. Th.I
PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR
FAKULTAS
USHULUDDIN DAN
FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
SUNAN AMPEL
SURABAYA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia di dunia ini tidak akan luput dari
kesalahan dan dosa di setiap hari dan waktu yang bisa mengakibatkan tidak ada
kebahagiaan dan kesalamat di dunia dan akhirat, oleh karena itu agar manusia
bisa kembali dan mensucikan. Dosa ini yang merupakan perbuatan kesalahan kepada
Allah yang harus di tebus dengan cara bertaubat.[1]
Bertaubat ini meruapakan perilaku yang wajib
dilakukan karena hal ini merupakan suatu permohonan minta maaf agar tidak terjadi
untuk hal yang kedua kalinya. Karena orang-orang yang tidak bertaubat ialah
termasuk orang-orang yang dhalim sebagaimana firman Allah
. . . وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (١١)
Dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang
zalim.
Taubat ini suatu perbuatan yang tidak hanya di
lakukan untuk menghapus suatu dosa melainkan agar kita selalu dekat kepada
Allah. Karena Nabi Muhammad Saw pun yang menjadi orang ma’shum saja masih tetap
menjalani taubat dengan meminta ampun dengan cara membaca istighfar yang
tertera dalam sebuah hadits yang di riwayatkan oleh Imam Bukhari.
و الله انّي لاستغفر الله و اتوب اليه في اليوم اكثر من سبعين مرة
Demi Allah aku beristighfar kepada Allah dan
bertaubat kepada-Nya dalam sehari sebanyak 70 kali (H.R Bukhari).[2]
Jadi kita semua
sebagai makhluq sosial yang pernah luput dengan meminta pertolongan kepada Allah
dan siapapun dan pasti tak luput juga mempunyai kesalahan dan kekurangan, oleh karena
itulah meminta maaf dan bertaubat itu sangat di anjurkan bagi kaum muslimin.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Taubah
Tauabah berasal dari kata taaba-yatuubu-taubatan
yang berarti binasa atau rusak.[3]
Jadi taubah ialah jalan kembali yang sesungguhnya setelah kebinasaan yang
sesuatu tidak diinginkan untuk terjadi lagi untuk kedua kalinya.
Taubah ialah kembali kepada Allah dengan
melaksanakan apa yang di cintai-Nya dan meninggalkan pa yang di benci-Nya.
Jadi, taubat adalah kembali dari sesuatu yang di benci kepada sesuatu yang
dicintai. Dengan demikian, kembali ke sesuatu yang di cintai adalah sebagian
pengertiannya. Sedang kembali dari sesuatu yang di benci adalah bagian yang
lain. Oleh karena itu, Allah menggantungkan keberuntungan yang mutlak kepada
pelaksanakan perintah dan peninggalan larangan. Jadi, setiap orang yang
bertaubat pasti bertaubat dan tidak bisa menjadi beruntung kecuali orang yang
melaksanakan perintah Allah dan menjahui
;arangan-Nya.[4]
Jadi taubat yang sesungguhnya ialah disebut
taubat nasuha yang tidak di inginkan terlaku keduakalinya dalam al qur’an di
jelaskan pada surat at-tahrim ayat 8:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا
عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ
تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ يَوْمَ لا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ
وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ
وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا
إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (٨)
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan
nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi
kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan
orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan
dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb Kami,
sempurnakanlah bagi Kami cahaya Kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau
Maha Kuasa atas segala sesuatu."
B. Penafsiran ayat Taubah Nasuha
Iamam Tsauri mengatakan Taubat nasuha ialah
menghapus dosa dan tidak di inginka untuk di lakukan kembali. Iamam al ahush
dan imam yang lainnya taubat nasuha ialah taubat nya seorang dari perbuatan
keji kemudian tidak akan di ulangi untuk selamanya. imam ahmad dan para ulama’
mengatakan taubat nasuha ialah memcabut dosa yang datang dan merasa kecewa atas
apa yang dulu pernah terjadi dan menyengaja untuk tidak diperbuat di waktu yang
akan datang.[5]
Taubat nasuha ialah tauabat yang secara ikhlas
di dalam hati dengan merasa penyesalan dalam hati dengan cara meminta ampun
dengan istighfar yang dilakukan dengan lisan untuk melepas dosa agar tidak
terualangi lagi.[6]
Jadi ini lah taubat itu merupakan sebuah penyesalan dari hati diri kita
masing-masing, karena adanya peselan lah hati kita ini seakan-akan tidak akan
menginginkan hal yang ke dua kalinya.
C. Munasabah
Dari 2 ayat sebelumnya ini berkitan dengan
ayat 8 tersebut, supaya mereka segera bertaubat dengan sungguh-sungguh yang
mana agar kita tidak melakukan larangan perintah yang di larang oleh Allah Swt agar segera mendapat ampunan
dari-Nya. Untuk ayat selanjutnya di peringatkan bagi para orang kafir bahwa
suatu saat nanti tiada alasan apapun saat menjalani siksaan dsb. Karena balesan
amalan yang pada saat itu juga akan di balas pada hari itu. Karena itulah untuk
ayat selanjutnya itu ada perintah bertaubat kepada Allah Swt dengan sungguh dan
jangan sampai terlewatkan.
D. Tata cara bertaubat[7]
Tata cara bertaubat di bawah ini ialah sedikit
sebuah langkah-langkah yang harus di jalani agar kita menjadi seorang taubat
nasuha dengan sesunnguhnya:
1. Berniat ikhlas bertaubat karena mencari ampunan Allah
Semata
2. Mengakui dan menyesali dosa
3. Berhenti dari dosa
4. Berjanji dan bertekad untuk tidak mengulangi perbuatan
dosa itu
5. Mengembalikan hak orang yang di dzalimi
jika dosanya berhubungan dengan orang lain
6. Bisa di tambahi melaksanakan Shalat Sunnah Taubat
E. Manfaat bertaubat[8]
1. Taubat dapat menghapuskan segala dosa
Allah SWT dengan tegas menyatakan bahwa
siapapun yang bertaubat dengan sebenar-benarnya
kepada-Nya, niscaya Dia akan
mengampuni dosa-dosa orang tersebut.
Dengan ini firman Allah surat Thaha ayat 82 yang berbunyi:
وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَى
(٨٢)
Dan Sesungguhnya aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman,
beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.
2. Taubat dapat mengganti keburukan menjadi kebaikan
Inilah salah satu kemurahan Allah terhadap
hamba-Nya yang tidak pernah berputus asa dari mengharap rahmat dan ampunan-Nya.
Dia berkenan untuk menjadikan taubat sebagai alat ganti keburukan
menjadi kebaikan . Kebenaran tentang
hal ini dinyatakan dengan tegas oleh Allah melalui firman-Nya dalam Surah
Al-Furqan ayat 70 yang berbunyi:
إِلا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ
اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (٧٠)
kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh;
Maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. dan adalah Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
3. Taubat dapat mensucikan hati
Dosa itu diibaratkan sebagai noda. Ketika
seseorang bayak melakukan dosa,
maka didalam hatinya akan
terkumpul banyak noda, dan taubat itulah yang mampu mensucikannya.
Orang yang bertaubat dengan sebenar-benarnya , niscaya hatinya akan menjadi
suci. Demikian itu yang ditegaskan oleh
Rasulullah dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad, At-Turmuzi:
“Sesungguhnya ketika seseorang
melakukan suatu kesalahan, maka akan ditorehkan satu noda hitam dihatinya.
Ketika dia sadar, memohon ampun dan bertaubat kepada Allah, maka noda hitam
itupun akan dihapus (dibersihkan) kembali. Namun jika ia mengulangi kesalahan-kesalahannya
lagi dan lagi, maka akan menjadi semakin
ditambahkan noda hitam itu dalam hatinya, sehingga noda hitam itu akan menutupi
hatinya. Itulah yang dimaksudkan oleh
firman Allah dalam surah Al-Muthaffifin
ayat 14
كَلا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (١٤)
Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan
itu menutup hati mereka.
4. Taubat dapat menjadikan hidup
menjadi tenang dan damai
Orang yang mengakui kesalahan -
kesalahannya secara jujur dn
sebenar-benarnya, maka hatinya akan menjadi tenang. Itulah salah satu alasan
mengapa Allah memerintahkan kita untuk
segera melakukan taubat ketika menyadari baru saja melakukan kesalahan . Dalam
surah Hud ayat 3 Allah menegaskan:
وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ
مَتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ
وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيرٍ (٣)
Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya.
(jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang
baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia
akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan)
keutamaannya. jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya aku takut kamu akan
ditimpa siksa hari kiamat.
5. Taubat dapat mendatangkan bayak
rezeki dan kekuatan
Berkenan dengan taubat dapat mendatangkan
banyak rezki dan kekuatan, Allah telah menegaskannya, dalam surah Nuh : 10- 12,
melalui lisan Nabi Nuh as ketika beliau menginstruksikan kaumnya untuk segera
bertaubat atas segala dosa yang telah mereka lakukan dalam firman Allah:
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (١٠)يُرْسِلِ
السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (١١)وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ
وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا (١٢)
Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah
ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun (11) niscaya Dia
akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat (12)dan membanyakkan harta dan
anak-anakmu, dan Mengadakan untukmu kebun-kebun dan Mengadakan (pula di
dalamnya) untukmu sungai-sungai.
6. Taubat menjadi sebab keberuntungan didunia dan akhirat
Orang yang tidak mau bertaubat, pasti akan
celaka, sementara orang yang mau bertaubat, menyesali kesalahannya, dan segera
kembali kepada-Nya, dengan banyak melakukan perbuatan saleh, maka dia itulah
orang yang beruntung. Allah menegaskan hal itu melalui firman-Nya dalam
فَأَمَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَعَسَى
أَنْ يَكُونَ مِنَ الْمُفْلِحِينَ (٦٧)
Adapun orang yang bertaubat dan beriman, serta mengerjakan amal yang saleh,
semoga Dia Termasuk orang-orang yang beruntung.(Qs.Al-Qasas:67)
Selain itu , Allah juga telah berfirman
إِلا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ
الْجَنَّةَ وَلا يُظْلَمُونَ شَيْئًا (٦٠)
kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, Maka mereka itu
akan masuk syurga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun, (QS: Maryam:60)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Taubah nasuha ialah taubah yang dilaksanakan
dengan sungguh-sungguh yang tidak di inginkan untuk dilaksanakan kembali dengan
dasar penyesalan dan rasa kecewa yang telah melakukan dosa besar atau dosa
kecil kepada Allah Swt.
Taubah ini tidakla hanya bagi orang yang telah
melakukan dosa dan kesalahan melainkan bagi orang ingin mendekatkan kepada
Allah juga bisa dilakukan karena Nab Muhammad Saw sendiri meski ia tak berdosa
tetap ber istighfar kepada Allah Swt.
DAFTAR PUSTAKA
Rahman , Taufiqur. Penafsiran Ayat-ayat
Taubat Menurut Quraisy shihab. (Skripsi UIN Sunan Kali Jaga Yogyakarta
2008).
ibn Abdullah Abu
Ismail , Muhammad. Jami Musnad Shohih Muhkhtashar. Dar Thauqu al-Naja.
1442 H.
al Kattanyd dan Uqinu Attaqani , Abdul Hayy. Kembali
Kepada Allah. Gema Insani Press: 2006 hal 209
Amr bin Ibn katsir , Abu
Fida’ Ismail bin. Tafsir Qur’an al-Adzim. Dar Thaybah al-Nasyr wa
al-tauzi’. 1999.
Abbas , Ibn. Tanwinr
al-Miqbas min Al-afsir Ibnu Abbas. Dar al-kutub al-alamiyah. Libanon: 817
Ghozali,Shplekhuddin. Tafsir Tematik Taubat
dalam al-Qur’an. (Skripsi IAIN Sunan Ampel Surabaya:2007)
[1] Taufiqur Rahman. Penafsiran Ayat-ayat Taubat Menurut Quraisy shihab.
(Skripsi UIN Sunan Kali Jaga Yogyakarta 2008).hal 1
[2] Muhammad ibn Abdullah Abu Ismail. Jami Musnad
Shohih Muhkhtashar. Dar Thauqu al-Naja. 1442 H. Juz 8 hal 67.
[3] A.W. Munawair. Kamus Al-munawwir. Hal 127
[4] Abdul Hayy al Kattanyd dan Uqinu Attaqani. Kembali Kepada Allah.
Gema Insani Press: 2006 hal 209
[5] Abu Fida’ Ismail bin Amr bin Ibn katsir. Tafsir
Qur’an al-Adzim. Dar Thaybah al-Nasyr wa al-tauzi’. 1999. Juz 8 ha
166l
[6] Ibn Abbas. Tanwinr al-Miqbas min Al-afsir Ibnu
Abbas. Dar al-kutub al-alamiyah. Libanon: 817 hal 477
[7] Shplekhuddin Ghozali. Tafsir Tematik Taubat dalam al-Qur’an.
(Skripsi IAIN Sunan Ampel Surabaya:2007) hal 56
Tidak ada komentar:
Posting Komentar