Rabu, 15 Maret 2017

Taubat Nasuha



TAUBAT NASUHA
 Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Tafsir Maudhu’i





Oleh:
                                                MUHAMAD ILYAS
(E03214011)

       


Dosen Pengampu:
Mahbub Ghozali, M. Th.I  




PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN AMPEL

SURABAYA
2016





BAB I

PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Manusia di dunia ini tidak akan luput dari kesalahan dan dosa di setiap hari dan waktu yang bisa mengakibatkan tidak ada kebahagiaan dan kesalamat di dunia dan akhirat, oleh karena itu agar manusia bisa kembali dan mensucikan. Dosa ini yang merupakan perbuatan kesalahan kepada Allah yang harus di tebus dengan cara bertaubat.[1]
Bertaubat ini meruapakan perilaku yang wajib dilakukan karena hal ini merupakan suatu permohonan minta maaf agar tidak terjadi untuk hal yang kedua kalinya. Karena orang-orang yang tidak bertaubat ialah termasuk orang-orang yang dhalim sebagaimana firman Allah
. . . وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (١١)
Dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.
Taubat ini suatu perbuatan yang tidak hanya di lakukan untuk menghapus suatu dosa melainkan agar kita selalu dekat kepada Allah. Karena Nabi Muhammad Saw pun yang menjadi orang ma’shum saja masih tetap menjalani taubat dengan meminta ampun dengan cara membaca istighfar yang tertera dalam sebuah hadits yang di riwayatkan oleh Imam Bukhari.
و الله انّي لاستغفر الله و اتوب اليه في اليوم اكثر من سبعين مرة
                                                                                                                                   
Demi Allah aku beristighfar kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya dalam sehari sebanyak 70 kali (H.R Bukhari).[2]
Jadi kita semua sebagai makhluq sosial yang pernah luput dengan meminta pertolongan kepada Allah dan siapapun dan pasti tak luput juga mempunyai kesalahan dan kekurangan, oleh karena itulah meminta maaf dan bertaubat itu sangat di anjurkan bagi kaum muslimin.
















BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Taubah
Tauabah berasal dari kata taaba-yatuubu-taubatan yang berarti binasa atau rusak.[3] Jadi taubah ialah jalan kembali yang sesungguhnya setelah kebinasaan yang sesuatu tidak diinginkan untuk terjadi lagi untuk kedua kalinya.
Taubah ialah kembali kepada Allah dengan melaksanakan apa yang di cintai-Nya dan meninggalkan pa yang di benci-Nya. Jadi, taubat adalah kembali dari sesuatu yang di benci kepada sesuatu yang dicintai. Dengan demikian, kembali ke sesuatu yang di cintai adalah sebagian pengertiannya. Sedang kembali dari sesuatu yang di benci adalah bagian yang lain. Oleh karena itu, Allah menggantungkan keberuntungan yang mutlak kepada pelaksanakan perintah dan peninggalan larangan. Jadi, setiap orang yang bertaubat pasti bertaubat dan tidak bisa menjadi beruntung kecuali orang yang melaksanakan  perintah Allah dan menjahui ;arangan-Nya.[4]     
Jadi taubat yang sesungguhnya ialah disebut taubat nasuha yang tidak di inginkan terlaku keduakalinya dalam al qur’an di jelaskan pada surat at-tahrim ayat 8:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ يَوْمَ لا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (٨)
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb Kami, sempurnakanlah bagi Kami cahaya Kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."
B.  Penafsiran ayat Taubah Nasuha
Iamam Tsauri mengatakan Taubat nasuha ialah menghapus dosa dan tidak di inginka untuk di lakukan kembali. Iamam al ahush dan imam yang lainnya taubat nasuha ialah taubat nya seorang dari perbuatan keji kemudian tidak akan di ulangi untuk selamanya. imam ahmad dan para ulama’ mengatakan taubat nasuha ialah memcabut dosa yang datang dan merasa kecewa atas apa yang dulu pernah terjadi dan menyengaja untuk tidak diperbuat di waktu yang akan datang.[5]
Taubat nasuha ialah tauabat yang secara ikhlas di dalam hati dengan merasa penyesalan dalam hati dengan cara meminta ampun dengan istighfar yang dilakukan dengan lisan untuk melepas dosa agar tidak terualangi lagi.[6] Jadi ini lah taubat itu merupakan sebuah penyesalan dari hati diri kita masing-masing, karena adanya peselan lah hati kita ini seakan-akan tidak akan menginginkan hal yang ke dua kalinya.

C.  Munasabah
Dari 2 ayat sebelumnya ini berkitan dengan ayat 8 tersebut, supaya mereka segera bertaubat dengan sungguh-sungguh yang mana agar kita tidak melakukan larangan perintah yang di larang oleh  Allah Swt agar segera mendapat ampunan dari-Nya. Untuk ayat selanjutnya di peringatkan bagi para orang kafir bahwa suatu saat nanti tiada alasan apapun saat menjalani siksaan dsb. Karena balesan amalan yang pada saat itu juga akan di balas pada hari itu. Karena itulah untuk ayat selanjutnya itu ada perintah bertaubat kepada Allah Swt dengan sungguh dan jangan sampai terlewatkan.

D.  Tata cara bertaubat[7]
Tata cara bertaubat di bawah ini ialah sedikit sebuah langkah-langkah yang harus di jalani agar kita menjadi seorang taubat nasuha dengan sesunnguhnya:
1. Berniat ikhlas bertaubat karena mencari ampunan Allah Semata
2. Mengakui dan menyesali dosa
3. Berhenti dari dosa
4. Berjanji dan bertekad untuk tidak mengulangi perbuatan dosa itu
5. Mengembalikan hak orang yang di dzalimi jika dosanya berhubungan dengan orang lain
6. Bisa di tambahi melaksanakan Shalat Sunnah Taubat

E.   Manfaat bertaubat[8]
1.    Taubat dapat menghapuskan segala dosa
Allah SWT dengan tegas menyatakan bahwa siapapun yang bertaubat dengan sebenar-benarnya  kepada-Nya, niscaya  Dia akan mengampuni dosa-dosa orang  tersebut. Dengan ini firman Allah surat Thaha ayat 82 yang berbunyi:
وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَى (٨٢)
Dan Sesungguhnya aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.
2.    Taubat dapat mengganti  keburukan  menjadi kebaikan
Inilah salah satu kemurahan Allah terhadap hamba-Nya  yang  tidak pernah berputus  asa dari mengharap rahmat dan ampunan-Nya. Dia berkenan untuk  menjadikan taubat  sebagai alat ganti  keburukan  menjadi kebaikan . Kebenaran tentang  hal ini dinyatakan dengan tegas oleh Allah melalui firman-Nya dalam Surah Al-Furqan ayat 70 yang berbunyi:
إِلا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (٧٠)
kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
3.    Taubat dapat mensucikan hati
Dosa itu diibaratkan sebagai noda. Ketika seseorang bayak melakukan dosa,  maka  didalam hatinya akan terkumpul  banyak  noda, dan taubat itulah yang mampu mensucikannya. Orang yang bertaubat dengan sebenar-benarnya , niscaya hatinya akan menjadi suci. Demikian itu yang ditegaskan  oleh Rasulullah  dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, At-Turmuzi:
“Sesungguhnya ketika  seseorang melakukan suatu kesalahan, maka akan ditorehkan satu noda hitam dihatinya. Ketika dia sadar, memohon ampun dan bertaubat kepada Allah, maka noda hitam itupun akan dihapus (dibersihkan) kembali. Namun jika ia mengulangi kesalahan-kesalahannya lagi dan lagi, maka akan menjadi  semakin ditambahkan noda hitam itu dalam hatinya, sehingga noda hitam itu akan menutupi hatinya.  Itulah yang dimaksudkan oleh firman Allah  dalam surah Al-Muthaffifin ayat 14
كَلا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (١٤)
Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.


4.     Taubat dapat menjadikan hidup menjadi tenang dan damai
Orang yang mengakui kesalahan - kesalahannya  secara jujur dn sebenar-benarnya, maka hatinya akan menjadi tenang. Itulah salah satu alasan mengapa Allah memerintahkan  kita untuk segera melakukan taubat ketika menyadari baru saja melakukan kesalahan . Dalam surah Hud ayat 3 Allah menegaskan:
وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيرٍ (٣) 
Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.
5.     Taubat dapat mendatangkan bayak rezeki dan kekuatan
Berkenan dengan taubat dapat mendatangkan banyak rezki dan kekuatan, Allah telah menegaskannya, dalam surah Nuh : 10- 12, melalui lisan Nabi Nuh as ketika beliau menginstruksikan kaumnya untuk segera bertaubat atas segala dosa yang telah mereka lakukan dalam firman Allah:
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (١٠)يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (١١)وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا (١٢)
Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun (11) niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat (12)dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan Mengadakan untukmu kebun-kebun dan Mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.
6.    Taubat menjadi sebab keberuntungan didunia dan akhirat
Orang yang tidak mau bertaubat, pasti akan celaka, sementara orang yang mau bertaubat, menyesali kesalahannya, dan segera kembali kepada-Nya, dengan banyak melakukan perbuatan saleh, maka dia itulah orang yang beruntung. Allah menegaskan hal itu melalui firman-Nya dalam
فَأَمَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَعَسَى أَنْ يَكُونَ مِنَ الْمُفْلِحِينَ (٦٧)
Adapun orang yang bertaubat dan beriman, serta mengerjakan amal yang saleh, semoga Dia Termasuk orang-orang yang beruntung.(Qs.Al-Qasas:67)
Selain itu , Allah juga telah berfirman
إِلا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلا يُظْلَمُونَ شَيْئًا (٦٠)
kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, Maka mereka itu akan masuk syurga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun, (QS: Maryam:60)















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Taubah nasuha ialah taubah yang dilaksanakan dengan sungguh-sungguh yang tidak di inginkan untuk dilaksanakan kembali dengan dasar penyesalan dan rasa kecewa yang telah melakukan dosa besar atau dosa kecil kepada Allah Swt.
Taubah ini tidakla hanya bagi orang yang telah melakukan dosa dan kesalahan melainkan bagi orang ingin mendekatkan kepada Allah juga bisa dilakukan karena Nab Muhammad Saw sendiri meski ia tak berdosa tetap ber istighfar kepada Allah Swt.



















DAFTAR PUSTAKA
Rahman , Taufiqur. Penafsiran Ayat-ayat Taubat Menurut Quraisy shihab. (Skripsi UIN Sunan Kali Jaga Yogyakarta 2008).
ibn Abdullah Abu Ismail , Muhammad. Jami Musnad Shohih Muhkhtashar. Dar Thauqu al-Naja. 1442 H.
al Kattanyd dan Uqinu Attaqani , Abdul Hayy. Kembali Kepada Allah. Gema Insani Press: 2006 hal 209
Amr bin Ibn katsir , Abu Fida’ Ismail bin. Tafsir Qur’an al-Adzim. Dar Thaybah al-Nasyr wa al-tauzi’. 1999.
Abbas , Ibn. Tanwinr al-Miqbas min Al-afsir Ibnu Abbas. Dar al-kutub al-alamiyah. Libanon: 817
Ghozali,Shplekhuddin. Tafsir Tematik Taubat dalam al-Qur’an. (Skripsi IAIN Sunan Ampel Surabaya:2007)






[1] Taufiqur Rahman. Penafsiran Ayat-ayat Taubat Menurut Quraisy shihab. (Skripsi UIN Sunan Kali Jaga Yogyakarta 2008).hal 1  
[2] Muhammad ibn Abdullah Abu Ismail. Jami Musnad Shohih Muhkhtashar. Dar Thauqu al-Naja. 1442 H. Juz 8 hal 67.
[3] A.W. Munawair. Kamus Al-munawwir.  Hal 127
[4] Abdul Hayy al Kattanyd dan Uqinu Attaqani. Kembali Kepada Allah. Gema Insani Press: 2006 hal 209
[5] Abu Fida’ Ismail bin Amr bin Ibn katsir. Tafsir Qur’an al-Adzim. Dar Thaybah al-Nasyr wa al-tauzi’. 1999. Juz 8 ha 166l
[6] Ibn Abbas. Tanwinr al-Miqbas min Al-afsir Ibnu Abbas. Dar al-kutub al-alamiyah. Libanon: 817 hal 477
[7] Shplekhuddin Ghozali. Tafsir Tematik Taubat dalam al-Qur’an. (Skripsi IAIN Sunan Ampel Surabaya:2007) hal 56
[8] Ibid hal 52-55
 









Tidak ada komentar:

Posting Komentar